DevOps Metrics, Mengukur kesuksesan implementasi DevOps
Jika satu perusahaan mulai mengadopsi DevOps dalam melakukan proses development dan operasinya, ada beberapa hal yang bisa dijadikan acuan, apakah pengadopsian dan juga implementasinya berhasil atau tidak di perusahaan tersebut.
Kata berhasil atau tidak ini amat sangat subyektif, tergantung dari perusahaannya sendiri, dan selama DevOps ini diperlakukan hanya sebagai jargon agar lebih relatable, atau menyebut diri DevOps ”hanya” karena memakai alat atau layanan yang digunakan untuk DevOps, bukan berarti langsung bisa disebut DevOps culture.
Ada perjalanan yang ditempuh, ada konsensus didalam tim, dan saling rekat satu sama lain menjadi kunci utama dalam kesuksesannya.
Artikel ini akan membahas metrik yang digunakan dalam mengukur tingkat kesuksesan dari implementasi DevOps, dan akan dibuat berseri, dan metrik yang dipakai banyak yang saya ambil dari buku Accelerate yang ditulis oleh Nicole Forsgren, Jez Humble, Gene Kim, dan juga dari pengalaman-pengalaman, meski mungkin tidak se-scientific buku Accelerate, dan merupakan pandangan pribadi.
Tujuan dari DevOps ini sendiri adalah kecepatan, performa, dan juga kualitas, untuk mencapai itu diperlukan kerjasama tim, dan juga alat yang mendukung.
Metrik-metrik yang akan dibahas antara lain
- Frekuensi Deployment
- Ukuran dari deployment
- Waktu yang dibutuhkan untuk deployment
- Lead time untuk changes yang dibutuhkan
- Change volume
- Change failure rate
- Time to restore service (mean time to recover)
- Ticketing
- Error budget
- Availability
- Service level agreements
- Defect escape rate
- Kontribusi tim
- Performa system (sebagian atau keseluruhan)
Metrik diatas bukan acuan pasti, hanya saja, jika perusahaan mengadopsi nilai-nilai tersebut, dan menjalankannya, akan lebih berpotensi lebih baik, dan sebenarnya nilai-nilai tersebut bisa diaplikasikan ke dalam bisnis itu sendiri, bahkan ada kata khusus untuk itu, BizDevOps.
Sampai artikel selanjutnya!